"ya memang, Bumi Merapi adalah rahim, rumah dan kafan - Merapi Omahku"
ini adalah buku terakhir yang saya baca bulan lalu. buku ini saya beli karena kebetulan ilustrator dalam buku ini adalah sepupu papa saya, Heri Dono. buku ini sendiri ditulis oleh Elizabeth D. Inandiak. buku ini menarik. bukan cuma karena cerita tentang gunung merapi tetapi juga cerita dan mitos yang hidup di dalamnya. kira-kira setahun yang lalu, saya mengambil mata kuliah Psikologi Penanganan Bencana. di kelas itu, saya banyak mendengar cerita dari relawan yang pernah menjadi relawan untuk bencana tsunami Aceh dan juga gempa bumi Yogya. di kelas itu juga banyak dishare tentang bagaimana penanganan bencana, baik secara fisik, psikis dan materiil. hal menarik yang saya pernah dengar di kuliah tersebut adalah bagaimana peran sosial budaya pada suatu daerah juga menentukan bagaimana menangani para korban bencana. salah satu daerah yang banyak disebut adalah Yogyakarta. Yogyakarta dan banyak daerah lain di pulau Jawa (mungkin juga banyak daerah di pulau lain) saat inimasih hidup berdampingan bersama mitos ataupun kepercayaan leluhurnya. sebagai orang yang melek teknologi dan punya banyak pengetahuan, kadang saya merasa hal ini sulit di terima logika saya. bagaimana mitos itu tetap hidup. hadir, bukan hanya sekedar ada.
lalu, apa hubungannya dengan buku ini? buku ini bercerita tentang bagaimana masyarakat di sekitar gunung merapi hidup dengan mitos yang ada, yaitu mitos tentang Beringin Putih. mengutip tulisan pada pengantar buku ini:
"...Di gunung merapi ternyata ada batu gajah dan pohon beringin putih. gajah dan beringin seakan menerangkan apa yang ingin disampaikan oleh rabaan Elizabeth: sebuah mitologi tentang persahabatan dan cinta antara manusia dan alam."
"...Mitos merapi ternyata bukan hanya dongengan tapi kehidupan penduduk merapi sendiri. mitos itulah yang membuat mereka bertahan sampai kini. dengan mitos itu pula mereka menentang tantangan dan ancaman dari luar. mitos tidak dapat ditangkap dengan akal. Kata Elizabeth, hanya dengan impian, manusia dapat memahami kekayaan mitos itu."
Merapi omahku mengingatkan kita pada tokoh yang dekat dengan gunung merapi, Mbah Marijan. dalam buku ini pula diceritakan bagaimana Mbah Marijan hidup dengan mitos dan kepercayaan yang ia pegang. ada alasan mengapa beliau tetap ingin bertahan ditempatnya walaupun kondisi gunung merapi saat itu sudah lebih dari gawat. kalau kita baca, mungkin tidak masuk akal. untuk jaman secanggih saat ini, kenapa masih ada orang yang percaya begituan? mungkin itu yang terlintas dalam pikiran kita ketika baca buku ini. tapi benar kata Elizabeth, hanya dengan impian manusia dapat memahami kekayaan mitos. dengan segala pengetahuan yang kita miliki, justru tidak membuat kita pandai meresapi mitos. saya sendiri pun kadang masih merasa ini tidak masuk akal.
saya jadi ingat, dalam buku Bilangan Fu karya Ayu Utami dikatakan bahwa sebagai individu yang lahir dengan segala kecanggihan teknologi dan pengetahuan membuat mata batin kita tertutup. segala sesuatunya di lihat secara logika. seakan-akan hal tersebutlah yang paling benar. selain berpikir, yang terpenting adalah merasa.
have a nice day,
~liris kinasih
1 comment:
bagus nih
Post a Comment