Malam itu pukul 9 ketika mama saya berada di luar rumah dan terlihat ada seorang gadis kecil berlari sambil menangis. Ibu si gadis kecil itu berteriak ke arah mama saya dan meminta tolong untuk menghentikan gadis itu. Setelah suasana sudah cukup tenang, mama saya bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata gadis kecil, ibu serta adiknya yang masih balita datang ke pamulang (daerah rumah saya) untuk mencari bapak si gadis yang menjadi kuli bangunan. Mereka mencari si bapak untuk meminta uang bayaran sekolah. Karena si gadis diancam pihak sekolah untuk segera membayar uang sekolah atau tidak bisa mengikuti ujian di sekolah. Ketika ibunya bercerita, si gadis masih saja menangis. Ternyata mereka belum menemukan si bapak. Mama saya bertanya dimana rumah mereka. Si ibu menjawab “cileungsi”. Well, itu jauh banget dari pamulang. Dan itu udah malem banget. Masa iya sih mereka masih mau cari si bapak. Akhirnya mama saya secara sukarela memberikan sedikit uang untuk si anak. Mama saya bilang, “udah, ini ibu kasih uang ya. Lumayan buat bayar sekolah. Sekarang kamu pulang ya. Ini udah malem. Kasian adek kamu. Ya? Udah jangan nangis lagi. Ini uangnya buat bayar sekolah aja dulu. Kamu pasti boleh ikut ujian kok. Ya? Ini uangnya dikasih. Jadi nggak usah dipikirin dikembaliinnya gimana. Ya?” Si gadis pun menerima pemberian mama saya. Nggak berapa lam kemudian mereka pulang. Saya yang nggak berada di tkp aja kalau inget cerita ini miris banget. Miris.
Ada banyak orangtua yang pengen anaknya pinter. Jadi “orang” dan bisa menaikan kondisi keluarga mereka. Tapi kadang mereka terbentur oleh masalah biaya. Biaya sekolah di Indonesia itu luar biasa mahal lho. Bahkan sekarang, sekolah negeri aja mahalnya hampir sama kayak sekolah swasta. Kalau saya nggak salah inget, sampai sekarang program wajib belajar 9 tahun itu masih ada. Tapi gimana mau sekolah 9 tahun kalau buat bayar spp aja mereka nggak bisa. Nggak bayar spp = nggak boleh ujian, ujung-ujungnya anak nggak boleh sekolah. Satu anak bangsa mimpinya dihancurkan.Kan ada program sekolah gratis, ris. Iya yang gratis itu biaya sppnya. Biaya buku, seragam, uang gedung sekolah, dll mereka harus bayar kan. Butuh uang juga, kan. Terus, nasib anak-anak yang miskin gimana? buat makan aja mereka susah. Lagi-lagi satu anak bangsa mimpinya dihancurkan.
Ada program beasiswa, ris. Setau saya, kebanyakan beasiswa itu untuk anak-anak yang pintar bukan untuk anak-anak yang emang mau sekolah. Lha, gimana mereka mau pintar kalau mereka nggak dikasih kesempatan untuk belajar. Pulang sekolah mereka harus bantu orangtua cari uang buat makan. Kapan mereka belajarnya? Gimana mereka mau pintar? Gimana mereka mau dapet beasiswa?
Yah..mungkin saya aja yang terlalu mengkritik tapi nggak berbuat apa-apa. omong doang. Tapi ini buat saya berpikir, apa sebenarnya yang harus diperbaiki agar anak-anak punya kesempatan yang sama untuk pintar. Untuk bisa bermimpi dan mencapainya? Sistemnya kah? Atau siapa? Apa?
Yah..semoga suatu hari nanti saya bisa bantu mereka. Nggak Cuma omong aja. Daann..untuk para dewan disana, terima kasih lho udah banyak berpikir. Berpikir tentang gedung baru, jabatan, skandal ini itu. Masih banyak lho anak bangsa yang belom pinter. Ya..boro-boro bisa pinter, bisa makan juga susah. Makasih lho pak, bu..
Have a nice day,
~liris kinasih
No comments:
Post a Comment