speak out!!

setiap kejadian dalam blog ini adalah nyata. bila terdapat kesamaan tokoh, kejadian atau tempat... hm, sorry.
saya tidak memaksa anda untuk membaca blog ini. tapi jika itu pilihannya, nikmati!!

Wednesday, March 23, 2011

tak ada kabar.
tak ada cerita.
inikah caranya menghilang?

Pernah dengar?

“Liris, kamu pernah denger nggak, kadang ada beberapa hal yang kita inginkan tapi karena satu dan lain hal itu gak mungkin terjadi?”


Ya, saya pernah denger dan saat ini saya ngerasainnya. Bagaimana rasanya sesuatu yang udah saya yakini, udah saya percaya sampe setengah gila. Akhirnya…pergi.


Saya mau marah. Tapi buat apa? Saya menangisinya semalam suntuk. Lalu setelah menangis mau apa? Apa yang bisa saya lakuin? Gak ada. Karena bukan saya yang dipilih.


Sekarang saya yang ajukan pertanyaan,

“Kamu, kamu pernah denger nggak, betapa sulitnya melepaskan orang yang kita sayangi setelah kita berusaha untuk meyakini diri kita sendiri tentang perasaan itu?”


Have a nice day,


Liris.

How I met you :)

Terinspirasi dari cerita yang ditulis Raditya Dika di novelnya Marmut Merah Jambu tentang bagaimana ia bertemu dengan orang yang pernah jadi pacarnya. Saya pun ingin berbagi cerita dengan kalian. Bagaimana saya bertemu orang-orang yang mungkin terlihat sederhana tapi ternyata berkesan. Hehehe.


Sebisa mungkin saya mengingat bagaimana awal pertemuan saya dengan seseorang. Saya pernah menyukai seseorang yang dulu saya temui setiap pagi hampir setiap hari. Kami sama-sama berjalan menuju sekolah. Tapi sekolah yang berbeda. Setelah dia pindah ke sekolah saya, kami jadian. Dia pacar pertama saya. Rasanya lucu. Bagaimana semuanya telah diatur sedemikian rupa sampai akhirnya kami benar-benar berkenalan dan mulai mengobrol. Terlihat simple bagi saya.


Saya bertemu dengan Deiz untuk pertama kalinya di bis damri pada hari pertama kami jadi MABA. Dan sejak itu saya berteman sangat baik dengan dia. See? Saya rasa semesta ini memang telah mengatur semuanya. Bagaimana saya bertemu orang-orang yang terkadang dengan cara yang unik. Bukan Cuma sekedar “hai…kenalin, saya Liris” atau “hai..namamu siapa?” tapi selalu ada cerita dibalik sapaan itu. Bagaimana saya bertemu kalian. Bertemu kamu.


Saya bertemu kamu ketika kita sama-sama berkumpul, entah karena terpaksa atau memang kita mau, demi melaksanakan kebijakan kampus. Demi mendapatkan satu huruf cantik di transkip nilai kita. Bagi saya, tidak terlalu istimewa. Saya menikmati setiap momennya. Saya punya banyak teman baru. Tidak ada yang istimewa antara kita. Tapi saya ingat kamu. Sangat ingat. Saya bahkan ingat baju yang kamu pakai hari itu. Abu-abu bukan? Tapi bagi saya ini semua masih biasa-biasa saja. Mungkin karena kamu duduk tidak jauh dari saya dan kita sempat mengobrol sebentar. Itu semua terlalu biasa bagi saya.


Setelah menjalani semuanya. Kita berteman baik. Sama dengan yang lain, saya menikmati momen-momen tentang kita. Well, tidak benar-benar tentang momen-momen kita berdua. Selalu ada orang lain di dalamnya. Tapi saya menikmatinya. Saya nyaman bertukar pikiran dengan kamu. Saya nyaman berkeluh kesah dengan kamu. Saya nyaman mendengar cerita-cerita kamu. Saya nyaman jadi teman kamu.


Sampai…saya berada pada satu titik bahwa saya sadar saya punya rasa yang berbeda. Perasaan ini tidak mengganggu saya. Saya justru merasa sangat nyaman dengan itu. Tapi saya juga sadar saya salah telah membawa pertemanan kita terlalu jauh. Bahkan setelah kita sama-sama tahu tentang perasaan masing-masing saya kadang masih merasa bersalah. Saya selalu bilang, “gak ada yang salah sama perasaannya. Cuma waktunya yang nggak tepat.” Ya, rasanya sekarang semesta salah mengatur pertemuan kita. Haruskah kita bertemu pada situasi seperti itu? Rasanya tidak nyaman bagi saya dan kamu setelah menyadari bagaimana kita bertemu pada situasi yang seperti apa.


Maka, jika saya bisa mengatur bagaimana kita bertemu, saya berharap bertemu kamu dengan cara yang sederhana. Pada situasi yang sederhana pula. Saya berharap bertemu kamu ketika makan siang di dekat kampus. Kita saling senyum dan menyapa. Bisakah itu semua kita ulangi? Bisakah saya mengulangi kata-kata “hai…saya liris. Kamu?”


Have a nice day,


Liris.

Sunday, March 20, 2011

He isn't my boyfriend, but I love his smile,advice,kindness & the times we laugh together. I just fell in love with our friendship.

Friday, March 11, 2011

what if we were made for each other?
-taken from "letters for Juliet"-

Thursday, March 10, 2011

Confession #2

Saya jatuh hati. Saya benar-benar jatuh hati. Saya sayang. Saya nggak mau jauh dari..mereka. perkenalkan 20 teman saya. Kami adalah geng paling terkenal di purwakarta. Nama geng kami, genGawiir. Hehehe. Ya inilah teman senasib (gak) sepenanggungan saya selama kknm. Kknm itu adalah kuliah kerja nyata mahasiswa. Intinya kami melakukan pengabdian kepada masyarakat. Walaupun akhirnya saya malah kayak liburan sebulan. Hehehe.


Dan saya jatuh hati pada mereka. Rasanya menyenangkan bila ada mereka. Ketika saya melewati masa-masa galau kemarin, merekalah yang mengisi penuh hati saya. Ya, saya merasa penuh. Meminjam kata-kata Cisna. Saya pun merasa penuh. Saya senang punya mereka. Terima kasih untuk supportnya ya teman-teman.


Terima kasih untuk Angga, kordes yang udah jadi kordes yang asik banget. Mungkin awalnya bingung mau ngapain tapi tetep aja asik kok. Kknm berasa liburan tiap hari. Hehehe. Oya, maaf kalo saya nggak seperti yang diharapkan ya, ngga. Hehehe.

Terima kasih untuk Kintan, wakordes sekaligus ibunya anak-anak. Temen curhat malam lewat sms saya. Akhirnya kita tahu, hidup itu lucu ya kin. Hehehe. Terima kasih sudah mengingatkan saya tentang keyakinan hati. Ya, sekarang saya yakin sama hati saya, kin. J

Untuk Cisna. Dia adalah teman rockstar yang paling rock and roll. Hehehe. Rasanya kknm ini kita jarang ngobrol dari hati ke hati. Tapi saya tahu apa pun yang kamu lakukan semata-mata karena kamu sayang sama saya. J

Untuk Deiz. Teman saya yang paling sabar ngadepin saya. Saya tahu kamu capek dengerin cerita yang itu-itu aja. Tapi kamu selalu bisa bantu saya menemukan solusinya. Thanks for that, deiz!!

Untuk Firman. Teman saya yang paling baik. Baik ke siapapun. Dari anak kecil tetangga sebelah sampai anak kucing yang suka duduk di teras rumah. Hehehe. Terima kasih juga sudah baik ke saya. Oya, buat saya menjadi abu-abu itu masih jadi yang terbaik. J

Untuk Ibnu. Terima kasih untuk kenangan-kenangan yang kamu buat dari foto-foto kamu. Ya, saya butuh kenangan-kenangan yang lebih indah. And you did it!! Yeahhh!! Kamu memang pubdok sejati.

Terima kasih untuk Aci. Teman tidur bareng saya di ruang tamu tiap malem. Teman curhat sampai ketiduran. Teman korban bullying saya selama tidur. Teman penghibur saya sebulan itu. Ma’acih. :D

Untuk Ani. Teman tidur bareng saya juga. Teman yang selalu keganggu obrolan saya malem-malem. Maaf ya. Teman yang paling sering ingetin saya buat nggak jutek. Hehehe. Saya nggak jutek hanya sadis aja. Kidding!

Untuk Dwi. Teman yang paling suka rapi & bersih. Malu saya, secara hidup saya aja udah acak-acakan apalagi barang bawaan saya. Hahaha. Dengan logat Sumatra yang kental dan kelakukan agak diatas rata-rata, dia memang teman yang bisa bikin saya ketawa. Hehehe.

Untuk Hafidz. Teman yang paling nggak suka liat saya tidur lagi kalo pagi. Dengan narik selimut dan kasur, dia berhasil bikin saya bangun sebangun-bangunnya. Heu. Teman yang paling sering saya cabutin bulu kakinya. Itu semua Cuma buat hiburan semata kok. :D

Terima kasih untuk Teh Safitri. Teman yang nggak sabar dengan keberisikan saya tiap hari nyari barang-barang yang ilang. Hehehe. Paling sering ngeberesin barang-barang yang berantakan. Dengan sikap keibuan dia bilang, kamu pasti nemuin yang terbaik buat kamu nantinya, ris. :’)

Untuk Lia. Teman yang paling sering saya pinjem hairdryernya. Karena dia tahu saya nggak bisa hidup tanpa itu. Hehe. Teman saya yang ngajarin tentang hukum di Indonesia. Dan saya pun geleng-geleng nggak ngerti. :p

Untuk Ojan. Dia perempuan bukan laki-laki lho. Hehe. Temen yang bikin saya nggak ngantuk lagi kalo ngantri mandi, saking lamanya dia mandi. Hehehe. Dia yang paling sering saya pinjem setrikaannya, karena emang Cuma dia yang bawa setrikaan. Hehehe.

Untuk Paul. Lagi-lagi dia ini perempuan bukan laki-laki. Teman tidur siang saya. Hehe. Sama seperti ani, dia juga yang sering ingetin saya buat nggak jutek. Hehehe. Bawaaan orok inii.. :D

Untuk Eka. Satu-satunya temen saya yang ngasih saran buat ngeganti cara ketawa saya. Saya udah coba, ka. Tapi susah ya. Lebih suka yang ngik…ngik…ngik. Hehehe.

Untuk Deden. Hemmmm…terima kasih aja deh sudah menyumbang kegalauan buat saya. Hehe. Ya sejak rumpi kita waktu itu, sampai sekarang rasanya masih terus galau tentang dia. Taulah ya maksudnya apa. Hahaha :D

Untuk Satryo. Yang paling sering ngejutekin saya. Belakangan saya tahu, saya ini nyebelin ternyata. Saya nggak maksud gitu, lagi-lagi Cuma buat hiburan aja. Saya butuh hiburan, bang. Oya, kita ini saingan dalam urusan ngipas mengipas. Tapi kipas saya lebih unyu dong. Hehehe

Untuk Fajar. Hm, sampai sekarang saya masih belum nyambung sama candaannya. Mungkin karena kemampuan otak saya diatas rata-rata dan kemampuan otak dia yang superior. Dia yang secara nggak langsung ngasih motivasi ke saya buat yakin dan percaya bahwa suatu hari nanti saya bisa belajar di luar negeri :D

Untuk Dika. Partner saya dalam memberantas kenakalan anak-anak SD yang lebih brutal dari geng motor. Hehehe. Kita berdua emang nggak cocok jadi guru ya. Mending makan batagor aja ya dik, daripada ngurusin anak-anak itu. Haha.

Untuk Kiki. Dari dia saya tahu bahwa pandangan saya itu bisa salah. Belum tentu apa yang selama ini kita yakini itu benar. Dari dia saya tahu, menikmati hidup itu yang penting. Hehehe.


Itulah 20 teman saya. Dan setelah hampir sebulan kita pisah, saya sadar saya kehilangan mereka. Mereka sudah memenuhi saya. Saya penuh. Seperti Ipang bilang, “kesempatan seperti ini tak akan bisa dibeli. Bersamamu kuhabiskan waktu, senang bisa mengenal dirimu. Rasanya semua begitu sempurna. Sayang untuk mengakhirinya.”


Terima kasih teman-teman. Hidup genGawiirr, enak tauuuu!!! :D

Have a nice day

~Liris


*)karena ada kesalahan pada bloggernya,jd saya nggak bisa kasih liat foto teman-teman saya ini.tunggu tanggal mainnya ya,,

Wednesday, March 9, 2011

berbagi sudut pandang

saya suka berbagi sudut pandang dengan orang lain. melihat dunia dari sisi lain. mengartikan hidup dari sisi yang lain. saya suka itu.

perkenalkan namanya gita. tapi saya lebih suka memanggilnya jeni. dia adalah teman satu fakultas saya yang tadinya nggak saya kenal-kenal banget. hehehe. tapi setelah saya lebih kenal dia, dia orangnya asik banget. hm, kita sering ngerumpiin mahasiswa tetangga sebelah ya. hehee. satu yang saya suka dari jeni adalah tulisannya. tulisannya selalu bisa menyentuh hati saya. ekspresi muka saya ketika baca tulisannya bisa berubah-ubah, dari senyum mesem-mesem sampai menangis. saya senang melihat dunia dari tulisan jeni. semangat menulis jenii!! :D mau baca tulisannya? silakan klik disini

dan perkenalkan teman rock and roll saya, darot. dia adalah teman SMA saya. 3 taun berturut-turut kami sekelas. dan dia selalu duduk di belakang saya. gak tau kenapa. mungkin karena pulpen saya banyak kali ya. fyi, waktu SMA darot ini selalu pinjem pulpen ke saya. hahaha. dan dia sangat rock and roll. dari dulu sampai sekarang. saya suka melihat dunia dari tulisan dia. tulisan-tulisan dia memang kadang bikin saya berpikir keras untuk mengerti. tapi dia mampu membuat saya melihat dunia dari sudut yang lain. sudut yang kadang saya sendiri sulit menemukannya. tapi darot menemukannya. merangkumnya dalam kata-kata. saya suka kata-katanya. mau ber'rock and roll' melihat dunia? klik aja ini

inilah dua teman saya yang sangat pandai merangkai kata. saya harus banyak belajar dari mereka. terima kasih sudah mau berbagi sudut pandang dengan saya. semangat menulis :)

have a nice day,

Liris

Tuesday, March 8, 2011

abu-abu

berawal dari perbincangan ringan ketika kknm, saya 'tersentil' tentang kata-katanya. manusia cuma ada dua macem. baik atau jahat. dia memilih jadi baik. saya (sebenernya) memilih jadi jahat. hehe. tapi buat saya sendiri, gak ada manusia yang jahat atau baik. karena masih ada daerah abu-abu diantara baik dan jahat. diantara hitam dan putih.

bagi saya, di dunia ini tidak ada hitam atau putih. yang banyak hanya abu-abu. kita ini semua berada di daerah abu-abu. kita menjadi hitam atau putih karena ada peran yang kita mainkan. sulit memahami? mari saya jelaskan bagaimana saya berpikir tentang ini.

menurut saya, kita hidup di dunia itu tidak pernah menjadi diri kita yang sebenarnya. kita selalu memainkan peran yang berbeda-beda. saat ini saya sedang memerankan liris yang sebagai mahasiswa sok gaul. mengerjakan tugas sambil facebook-an dan twitter-an. sebelumnya saya memerankan liris yang sebagai teman. bersms ria mengobrol ringan. tadi pagi saya memerankan liris yang sebagai orang asing. duduk di dalam damri. tak kenal siapa-siapa. saya tidak tahu mana liris yang sebenarnya. saya hanya memerankan diri sebagai liris yang ini dan itu. saya bisa memerankan apapun. mau memerankan liris yang ada di daerah putih atau liris yang ada di daerah hitam. liris yang baik. liris yang jahat.

ya saya mengakui saya suka berada di daerah abu-abu ini. memainkan peran sesuai dengan yang saya inginkan. absurb? saya banget. bingung? saya juga. hehe

have a nice day,

Liris

Monday, March 7, 2011

Confession #1

Beberapa bulan terakhir ini saya mulai percaya dan sedikit meyakini bahwa sesuatu dapat berubah secara cepat dalam hitungan hari, ehm..bahkan jam atau menit sekalipun.


Masalahnya bukan pada apa yang berubah tapi apakah kita siap dengan perubahan itu. Siapkah saya? Ada banyak perubahan yang saya alami awal tahun ini. Dan kadang saya bertanya sendiri, kenapa ya saya mesti berubah? Dan inilah jawabannya.


Tahukah kalian hal yang membuat saya cepat bosan dan jadi bad mood adalah menunggu. Saya sering berpikir, kenapa sih orang-orang nggak bisa bergerak lebih cepat? Kenapa saya harus menunggu mereka? Ya intinya, saya nggak suka menunggu terlalu lama. Tapi inilah yang saya lakukan selama tiga tahun. Menunggu. Menunggu dia. Tahun pertama saya menunggu, saya masih berharap dia cepat datang. Tahun kedua, saya mulai bertanya-tanya, apa lagi yang bisa saya lakukan selama menunggu? Tahun ketiga, saya mulai frustasi dan berhenti berharap. Ya, saya berhenti berharap padanya. Dan saya menyerah menunggu dirinya. Saya melepaskan semua perasaan, semua harapan, semua yang saya simpan selama ini. Ada saatnya kemarin saya merasa muak dengan semuanya. Saya ingin lepas dari semuanya. Saya melepasnya.


Ya, orang-orang bilang saya ini terlalu cepat memutuskan. Ya, dalam postingan yang ini saya bilang bahwa kita harus percaya kita bisa ngejalaninnya. Tapi nyatanya saya frustrasi, saya lelah, saya muak dengan semuanya. Saya menunggu terlalu lama. Kenapa saya nggak lebih bersabar? Karena saya memutuskan untuk berhenti. Ya, saya cupu. Saya menyerah begitu saja. Ya, itu semua benar. Saya menyerah.


Hari itu dia menulis (yang intinya) “saya nggak bisa ngasih apa yang kamu mau, kamu pergi. Kemana rasa sayang kamu?” Kemana? Saya sendiri nggak tau. Saya merasa saya ini kosong. Hampa. Ga ada keinginan, harapan atau apapun tentang itu. Ini semua ibarat balon. Karena kita nggak bisa menjaga dengan baik, udaranya lama-lama keluar dan habis. Seperti balon yang dilepaskan tanpa kita mengikat ujungnya. Balonnya terbang kemana-mana dan akhirnya kehabisan udara dan…jatuh. Itulah saya.


Saya tidak membenci dia. Saya hanya ingin semua ini berhenti sampai disini. Kami hanya tidak bisa membuat cerita bersama-sama lagi. Saya memilih untuk berjalan dengan jalan saya. Tanpa dia. Tanpa kamu. Maaf.


Saya hargai semua hal yang sudah kamu lakukan sampai detik saya menulis semuanya ini. Terima kasih untuk semua itu. Terima kasih sudah pernah menjadi yang terbaik buat saya. Maaf kalau ini semua tidak berjalan seperti yang kita harapkan pada awal. Maaf. Dan terima kasih.


Have a nice day,

Liris