speak out!!

setiap kejadian dalam blog ini adalah nyata. bila terdapat kesamaan tokoh, kejadian atau tempat... hm, sorry.
saya tidak memaksa anda untuk membaca blog ini. tapi jika itu pilihannya, nikmati!!

Saturday, September 21, 2013

I wish you have a good life. *smooch*

Dear All my friends,

Thank you for six years of happiness, joyness and sadness that shared with me in this blog.
This is my very last post and I'm ready for my new "home". :)

I wish you have a good life.

*smooch*

Saturday, March 30, 2013

The Last


Seberapa sering kamu bertanya “kenapa?” dalam hidupmu? Kamu bertanya seakan-akan semua yang terjadi dalam hidupmu itu harus memiliki alasan. Untuk apa kamu tahu alasan itu? Kamu jadi lebih tenang? Atau....apa?

Kalimat-kalimat diatas lah yang ada dipikiran saya selama kurang lebih 10 hari belakangan ini. Terlalu banyak pertanyaan “kenapa?” yang pada akhirnya gak pernah saya temukan jawaban pastinya. Bahkan sampai detik ini saya menulisnya. Masih ingat tulisan saya: “biasa-biasa saja tapi mantap” dan “cintaversi kita”? Tulisan-tulisan tersebut saya dedikasikan untuk laki-laki yang benar-benar membuat hidup saya berubah, menjadi sedikit lebih baik tentunya. Mungkin kalian akan sedikit merasakannya dari tulisan-tulisan saya itu. Saya dan dia berusaha untuk memperjuangkan hubungan ini. Tapi pada akhirnya ini semua harus diakhiri. Berat tapi memang harus diakhiri.

“Kau buatku ku tergila-gila tunduk hati aku setia.
Selayaknya sihir kau buatku terjatuh.
Tapi tak berlangsung lama...”
 (Tulus – Kisah Sebentar)

Kalian masih ingat peristiwa 11/9 ? Peristiwa hancurnya menara kembar World Trade Centre di New York pada tahun 2001. Ingat bagaimana perisitiwa itu terjadi? Di siang hari yang tampak biasa saja, dua buah pesawat menabrak kedua menara tersebut dan beberapa waktu kemudian kedua menara itu runtuh seketika. Hmm...sebenarnya saya ingin menggambarkan bagaimana keadaan saya. Selama tiga bulan saya berusaha membangun rasa percaya. Percaya padanya, percaya pada hubungan ini. Hubungan ini dibangun dengan dukungan dari kami berdua. Tapi ketika salah seorang berhenti untuk mendukung, bagaimana hubungan ini akan berjalan? Pincang. Berat sebelah. Maka dengan berat hati saya memilih untuk mundur. Bukan saya orangnya yang mampu menahan beban hubungan ini sendiri. Tetapi selain itu ternyata *sigh* banyak kebenaran, yang selama ini ditutupi, terungkap. Satu persatu. Dan seperti peristiwa 11/9, hal itu langsung menghancurkan rasa percaya yang sudah saya bangun. Pada awalnya kami sepakat berpisah baik-baik. Tetapi dengan terungkapnya semua ini, masing-masing kami merasa yang paling benar dan tidak mau disalahkan. Sampai detik ini, dia pun masih merasa bahwa itu hanya muncul dari asumsi-asumsi bukan suatu kebenaran. Entahlah. Tapi kalau saya tahu kebenaran-kebenaran itu dari banyak orang, masihkah itu asumsi belaka? Banyak saksi, banyak korban.

“Kau meminta padaku sepenggal kata.
Namun aku berikan cerita.
Ku memintamu seberkas cahaya.
Namun engkau berikan kegelapan”
(Afgan – Tanpa Bahasa)

Dan mulailah muncul pertanyaan-pertanyan “kenapa?”. “Kenapa kamu seperti ini? Kenapa kamu bisa menutupi semua kebenaran itu? Kenapa kamu tega melakukan ini? Kenapa ini harus terjadi lagi pada saya? Kenapa? KENAPA?”. Satu malam, saya mengobrol dengan teman saya yang tinggal di Medan, Anim. Kami mengobrol macam-macam walaupun lebih fokus pada apa yang sedang saya alami. Dari obrolan itu, saya menangkap kata-kata menyentuh dari Anim: “Setiap masalah yang terjadi dalam hidup kita itu namanya ujian. Kalau masalah yang sama berulang kali terjadi, mungkin kita harus mengulang ujiannya. Kayak ujian di sekolah aja ada remedialnya. Mungkin kamu harus bertanya sama Tuhanmu kenapa kamu nggak lulus ujiannya?”. Dan akhirnya saya memutuskan untuk menyepi selama lima hari. Hanya menjawab sms atau telepon penting saja. Saya mencoba untuk menikmati hari-hari saya dari pagi hingga malam. Mensyukuri setiap waktu yang saya miliki. Mencoba untuk bercermin kembali, berpikir kembali. Memulai kembali ritual “berbicara dengan Tuhan”. Mencoba untuk memaknai semuanya dengan lebih baik lagi. Mungkin saat ini saya belum bisa dibilang lulus ujiannya, tapi merasa lebih tenang menjalani semua ini.

“Harusnya cerita ini berakhir lebih bahagia.
Tetapi kita dalam diorama...”
(Tulus – Diorama)

Saya mulai melepas semua hal-hal negatif dalam pikiran dan hati saya. Berusaha mengikhlaskan semuanya. Toh memang sudah tidak bisa dipertahankan dan sulit untuk berubah. Membesarkan hati untuk memaafkan. Memang bukan lagi saatnya saling menyalahkan, tapi cobalah untuk saling memaafkan. Saya memaafkan kamu, saya tahu kamu seperti itu karena ketidakmampuanmu. Dan maafkanlah semua kesalahan saya karena semua ketidakmampuan saya. Sudah tidak ada lagi yang harus diributkan. Life must goes on, yeah?

“Dan pagi tak kan
 terisi lagi..lonceng bertingkah
sebagaimana mestinya..”
(Payung Teduh – Tidurlah)

Daann...selain mau bilang makasiiiiihhh banget sama Anim, saya juga mau bilang makasiiiihhhhh bangeeet sama temen-temen saya yang ternyata tetap mendukung saya walaupun saya kembali babak belur. Yang masih siap untuk membantu saya bangkit kembali. Seperti yang saya bilang ke teman saya, Ara, “selain keluarga, orang-orang yang nggak akan pernah pergi dari kita itu adalah teman sejati”. Terima kasih teman-teman. *senyum lesung pipi* Dan ini kata-kata penyemangat dari beberapa temen saya:

“Kalau kamu nggak ketemu sama situasi ini, kamu nggak akan tau menjadi kuat itu seperti apa” –Mola

“Hidup itu harus seimbang. Kemarin kamu udah seneng-seneng, sekarang masa sedih kamu. Ini hanya untuk menyeimbangkan saja” –Ivan

“Kalau buatku, sebelum aku minta sesuatu, aku selalu mencoba untuk mensyukuri dulu semua yang aku punya. Mungkin sekarang cobalah untuk mensyukuri dulu semua yang sudah kamu punya” –Deiz

“Aku tahu ini emang gak gampang, tapi aku tau kamu pernah melewati yang lebih sulit dari ini” –A Igun

“Ini kayak perjalanan ke Gunung. Gunung keliatan bagus kalo dari jauh, tapi menuju kesana jalannya nggak bisa di duga” –Ogi

Terima kasih juga buat kata-kata “sabar ya” “you deserve better” atau “kamu pasti kuat” yang kalian bilang ke saya. Simple but touchy. Dan ini adalah kata-kata yang saya baca dari novel Eat Pray Love yang kebetulan memang sedang saya baca saat ini:

Your problem is you don’t understand what that word means. People think a soul mate is your perfect fit, and that’s what everyone wants. But a true soul mate is a mirror, the person who shows you everything that’s holding you back, the person who brings you to your own attention so you can change your life. A true soul mate is probably the most important person you’ll ever meet, because they tear down your walls and smack you awake. But to live with a soul mate forever? Too painful.

Jadi mungkin kamu memang ditakdirkan untuk menjadi soul mate buatku, D. So with my regards, thank you very much.


Love,

Liris

Thursday, March 7, 2013

Cinta versi kita


Cerita masa lalu, mimpi masa depan, diskusi kecil tentang banyak hal, selisih pendapat, ngambek, bertengkar, marah, ketawa; mungkin hanya sedikit hal yang sudah kami lakukan bersama. Banyak orang bilang, hubungan kami ini seperti abg. hahaha. Buat kami, it’s okay. Selama kami menikmati hubungan ini dan tidak ada yang merasa dirugikan, kami tetap nyaman dengan hubungan ini. Mungkin memang kadang harus ada tangis, kata-kata kerasa atau diam menahan amarah, tapi saya percaya bahwa itulah cara kami menyamakan ritme untuk tetap berjalan seiring. Ya kami tahu, pada dasarnya kami adalah orang yang (sangat) berbeda.

Mungkin yang membedakan hubungan kami saat ini dengan yang sebelumnya adalah saat ini kami punya tujuan kemana arah kami berjalan. Tujuan inilah yang sudah coba kami bangun sejak awal kami menjalani hubungan ini. Setiap datang masalah, kami saling mengingatkan tentang tujuan awal ini. Ini yang membuat saya mampu bertahan. Membuat kami mampu bertahan.

Dalam hubungan ini, banyak moment pembelajaran buat kami agar lebih dewasa menghadapi segala permasalahan. Modal dari hubungan ini hanyalah kepercayaan. Jadi yang terpenting adalah bagaimana cara kami menjaga kepercayaan masing-masing. Kadang bagi saya ini sulit dilakukan. Tapi dengan segala bentuk dukungan yang diberikan, saya selalu bisa melewati semuanya dengan baik. terima kasih.

Seperti inilah kami menjalaninya. Dengan cara kami, kami menikmati segala hal yang terjadi. Semoga semua ini membuat kami tetap kuat menjalaninya. Semoga tetap kamu. Dan semoga tetap aku. :)

Jangan pernah engkau berubah. Jangan pernah ragu padaku. 
Kau ‘kan selalu terindah...di cinta versi kita” 
(Abdul & The Coffee Theory – Cinta Versi Kita)


salam kecup,

Liris Kinasih

Thursday, February 28, 2013

sedikit yang tahu

sedikit yang tahu;
di balik tawa, gurauan dan kata-kata
ada yang duduk di pojok
menangis dan tersayat-sayat

sedikit yang tahu;
di balik senyum "tidak ada apa-apa"
ada yang berteriak kesakitan

sedikit yang tahu;
terlalu banyak topeng yang dipakai
terlalu muak untuk terus berpura-pura

sedikit yang tahu;
teriakan minta tolong yang selalu tercekat
di kerongkongan-


Friday, January 25, 2013

dunia sudah tidak aman lagi

tanpa kopi
tanpa buku
tanpa tulisan
tanpa selimut
tanpa lamunan


ah, dunia sudah gak aman lagi buat: Liris Kinasih Paramita

*catatan siang hari melihat hujan dan tetiba pengen cimol

Monday, January 7, 2013

diam dan terbang bebas

hanya ingin diam
menatap
melamun
berkhayal

hanya ingin diam
menelan caci maki
menelan amarah
menelan gundah

hanya ingin diam
dan
terbang bebas